SINOPSIS BUKU - The Kite Runner
**************
Mengejar Layang-Layang Penebus Dosa di “THE KITE RUNNER”
Aku memiliki satu kesempatan terakhir untuk mengambil keputusan,
untuk menentukan apa jadinya diriku.
Aku bisa melangkah memasuki gang itu,
membela Hassan dan menerima apa pun yang mungkin menimpaku.
Atau aku bisa melarikan diri.
Akhirnya, aku melarikan diri.
The Kite Runner adalah sebuah kisah penuh kekuatan tentang persaudaraan, kasih sayang, pengkhianatan, dan penderitaan. Khaled Hosseini
dengan brilian menghadirkan sisi-sisi lain dari Afghanistan, negeri
indah yang hingga kini masih menyimpan duka. Tetapi, bahkan kepedihan
selalu menyimpan kebahagiaan. Di tengah belantara puing di kota Kabul,
akankah Amir menemukannya?
The Kite Runner mengisahkan tentang dua sahabat karib yang bernama Amir dan Hassan.
Amir merupakan seorang anak keturunan Ras Pashtun (ras terhormat di
Afghanistan pada saat itu), ayahnya bernama Agha Sahib, seorang duda
yang kaya raya. Sedangkan Hassan hanyalah anak seorang pelayan. Ayah
Hassan bernama Ali dan ia merupakan pelayan di rumah Agha Sahib. Hassan
merupakan anak keturunan Ras Hazara.
Amir dan Hassan tinggal di Kabul Afghanistan, dan pada saat itu
merupakan era pertempuran antara Taliban dengan Rusia. Amir dan Hassan
selalu bermain bersama. Di tempat mereka tinggal, ada seorang anak yang
bernama Assef yang memiliki kelainan seksual dan suka menganiaya anak
laki-laki bersama geng brutalnya. Pada suatu hari, Assef ingin
mencelakai Amir. Namun Hassan menyelamatkan Amir dengan gagah berani. Ia
menembakkan ketapel ke mata Assef. Assef meraung kesakitan dan berjanji
akan membalas perbuatan itu. Hassan setia mengikuti kemanapun Amir
pergi, bahkan ia juga selalu berusaha melindungi Amir dari serangan
Assef. Pada saat ulang tahun Hassan, Amir menghadiahi sebuah
layang-layang kepada Hassan. Hassan sangat senang sekali menerima hadiah
itu dan ia juga berjanji untuk mengajari Amir bermain layang-layang.
Amir tidak bisa bermain layang-layang dan Hassan adalah seorang pemain
layangan yang hebat. Berkat pengajaran dari Hassan, Amir dapat memainkan
layang-layang dengan sangat baik. Bahkan pada saat ada pertandingan
lokal bermain layang-layang, Amir berhasil memenangkannya. Pada saat
Hassan pergi mengambil layang-layang Amir yang terjatuh di suatu tempat,
Assef mengikutinya dan berhasil mendapatkan Hassan yang tengah
sendirian berada di sebuah gang yang sepi. Pada saat itulah, Assef
melakukan tindak kekerasan seksual kepada Hassan. Sebenarnya pada saat
kejadian itu, Amir melihatnya. Namun ia memutuskan untuk melarikan diri
dan tidak menolong sahabatnya, Hassan, yang telah rela melakukan apapun
demi dia.
Semenjak kejadian itu, Amir menjauh dari Hassan dan berbuat apa saja
untuk membuat Hassan bisa pergi jauh dari dirinya. Pada saat itulah Amir
memfitnah Hassan telah mencuri jam tangannya. Akibat peristiwa itu,
Ali, ayah Hassan memutuskan untuk tidak bekerja lagi untuk keluarga Agha
Sahib. Beberapa Tahun kemudian, terjadi invansi besar-besaran oleh
Rusia, yang membuat Agha Sahib dan Amir harus mengungsi ke Amerika. Di
Amerika, Amir mmenyelesaikan pendidikannya dan menjadi seorang penulis
novel. Amir kemudian menikah dengan seorang wanita bernama Soraya, yang
merupakan seorang puteri Jenderal yang bernama Taheri.
Kemudian, setelah meninggalnya Agha Sahib, ayah Amir, tiba-tiba Amir
mendapatkan sebuah surat dari Rahim Khan, yang merupakan rekan kerja dan
teman baik ayahnya. Rahim Khan menyuruh Amir untuk pergi ke Pakistan
untuk menemui dirinya. Setelah tiba di Pakistan, Rahim Khan menceritakan
segala hal kepada Amir. Rahim Khan memberitahu Amir bahwa Hassan sebenarnya adalah saudara tirinya.
Saat itulah Amir ingin bertemu kembali dengan Hassan. Namun Hassan
telah meninggal bersama istrinya, Farzana. Mereka dibunuh oleh Kelompok
Taliban. Namun, anak Hasan masih hidup dan sekarang berada di
Afghanistan, di bawah kekuasaan Assef yang sekarang menjadi eksekutor
Taliban.
Amir berniat untuk kembali ke Afghanistan untuk menolong anak Hassan
yang bernama Sohrab. Dengan segala cara dan mengeluarkan segenap
keberaniaanya saat menghadapi Assef, Amir berhasil membebaskan Sohrab
dan membawanya ke Amerika. Ia mengangkat Sohrab sebagai anaknya dan
berusaha memenuhi setiap keinginannya, untuk membalas kebaikan temannya,
yang tak lain adalah ayah Sohrab, di masa lalu.
Tak
hanya menghibur, novel ini juga memberikan pengetahuan bagi pembacanya
tentang konflik politik yang terjadi di Afghanistan, terutama mengenai
perbedaan kasta antara kaum Sunni dan Syi'ah. Kekejaman kaum Taliban
diceritakan dengan brutal, sadis, bengis, dan keji. Betapa sengsaranya
rakyat Afghan dan porak porandanya infrastruktur kota-kota di Kabul
mengingatkan penulis pada carut marutnya ibu pertiwi yang tak pernah
benar-benar merdeka (hanya berganti penjajah dari bangsa asing ke bangsa
sendiri). Satu hal yang benar-benar baru bagi penulis adalah potret
kehidupan komunitas mayarakat Afghan-Amerika. Para imigran yang memiliki
perkampungan tersendiri ini harus memulai hidupnya dari nol dan
melupakan status dan kehidupan mewah mereka di negara asalnya agar bisa
bertahan hidup.
Rasanya tak berlebihan jika novel ini menjadi buku terlaris sepanjang
tahun 2005 versi Publisher's Weekly dan menduduki tangga atas
best-seller selama lebih dari 50 minggu.
Untuk Ebook Berformat DigiBook Bahasa Indonesianya Bisa Download Disini